Sabtu, 06 Juni 2020

Geliat Ekonomi Digital di Pasar Bunga Terbesar di Indonesia




Pagi itu suasana begitu cerah, mentari nir terlalu panas terik, saat itu aku putuskan untuk pulang ke Pasar Bunga Rawa Belong buat mencari beberapa bunga buat keperluan pribadi. Karena lokasi yang tidak begitu jauh menurut tempat tinggal aku putuskan buat berjalan kaki buat menuju ke sana, cukup lebih kurang lima mnt bepergian.

Sesampainya di pasar tersebut, tenyata sudah sangat ramai tunggangan yang hilir pulang kampung masuk ke pasar, suasana jalan didepan pasar terlihat jua sudah cukup ramai. Pasar bunga rawa belong ini memang pasar yang relatif unik, pasar yang disebut-sebut sebagai pasar bunga terbesar pada Indonesia ini terdiri menurut dua buah gedung yg terpisahkan oleh jalan raya. Saya lalu putuskan buat masuk kedalam pasar, & memang sudah sangat ramai ketika itu terlihat banyak bunga warna-warni yang sangat indah, ketika itu mungkin saya hanya mengidentifikasi beberapa jenis bunga yg saya ketahui, diantaranya ada mawar, anggrek, lili, krisan dan poly jenis lainnya yang aku kurang kenal namanya. Pasar ini memang sangat akbar buat sebuah pasar yg penekanan buat menjual bunga, dan barang yg dijualpun tergolong sangatlah lengkap.

Sejarah Pasar Bunga Rawa Belong

Ternyata Pasar Bunga Rawa Belong menyimpan sejarah yang cukup unik, pasar ini dulunya merupakan sebuah kawasan pemukiman penduduk ini banyak warganya yang bercocok tanam tanaman anggrek. Dikala itu banyak warga yang berprofesi sebagai petani sekaligus penjual bunga, hasilnya pun didapatkan bahwa penjualan bunga yang semakin meningkat. Berasarkan inisiasi pemerintah saat itu yaitu oleh gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin, penduduk yang awalnya berjualan di pinggir jalan pun direlokasi ke sebuah los pasar.



Seiring berjalanannya ketika perseteruan kemudian kembali timbul dimana, petani anggrek mulai kehilangan huma buat pertanian lantaran pesatnya pembangunan ibukota waktu itu. Penduduk lebih kurang kemudian beralih dari profesi petani bunga menjadi pejual bunga, dimana mereka bekerja sama menggunakan para petani di berbagai wilayah, misalnya : Bandung, Sukabumi, Bogor, & Malang.



Perkembangan sangat pesat dialami oleh para penjual bunga kala itu, sebagai akibatnya pemerintah DKI kala itu memutuskan buat membentuk sebuah tempat pasar yg, merupakan cikal bakal pasar rawa belong yg ketika ini kita kenal. Pembangunan pasar yg dari awal pembangunan hanya terdiri berdasarkan satu loka, terus dikembangkan sang pemerintah hal ini dapat dipandang bahwa waktu ini pasar bunga rawa belong memiliki dua butir bangunan pasar yang akbar yang saling berseberangan, dimana keliru satu gedung bisa dikatakan pada khususkan buat menjual barang yg sifatnya buat mempercantik estetika bunga ataupun aksesoris buat dekorasi bunga. Pasar bunga rawa belong seolah sebagai sebuah saksi sebuah perkembangan sebuah perekonomian yg mungkin dulu berawal menurut sebuah pemukiman biasa menjadi sebuah loka penjualan bunga terbesar pada Indonesia.

Pengalaman Bertransaksi pada Pasar Bunga Rawa Belong



Setelah berkeliling akhirnya saya menemukan bunga yang sesuai dengan yang dicari, tentunya dari sisi jenis bunga dan harga yang ditawarkan oleh penjual. Harga yang ditawarkan bervariasi tergantung dari jenis bunga dan juga jumlahnya, bunga mawar dijual sekitar 10 ribu pertangkai kemudian bisa pula membeli dalam bentuk bunga ikatan yang berisi sekitar 20 bunga. Tentu saja semakin banyak kita beli maka akan semakin murah harganya dibandingkan dengan membeli pertangkai. Saya sendiri saat itu memutuskan untuk membeli buket bunga seharga 200 ribu, setelah saya melakukan tawar menawar dengan beberapa penjual bunga sampai akhirnya saya putuskan untuk memilih buket yang sesuai. Nah bagi yang ingin membeli buket bunga tidak usah khawatir karena para penjual disana sudah sangat terlatih untuk menghias bunga, dan harga nya juga kita bisa sesuaikan dengan budget yang kita miliki.

Dengan sigap terlihat penjual kemudian merangkai bunga-bunga sinkron dengan permintaan saya, bunga dipotong lalu dirangkai dengan cantiknya. Setelah terselesaikan saya pun lalu membayar sesuai dengan harga yang disepakai, aku mengeluarkan 2 lembar uang menggunakan pecahan seratus ribu rupiah, buat aku berikan ke penjual. Kemudian saya mengamati syarat kios tadi, ternyata saya temukan ada mesin EDC yang bisa dipakai buat transaksi non tunai. Saat itu spontan aku tanya kepada penjual, sambil menunggu pesanan aku dipacking, "bu telah usang gunakan mesin ini?" ya sudah sekitar setahunan saya pakai jawab penjual tadi, saat itu saya berbincang kalem menggunakan penjual itu, ternyata memang sudah banyak pembeli yang menggunakan transaksi non tunai disana. Saya bertanya terkait dengan persentase nya, buat penggunaan transaksi non tunai ini penjual tersebut mengatakan bahwa lebih kurang 40 persen pembeli telah menggunakan transaksi non tunai. Dalam benak saya memang nir menyangka, sebuah pasar tradisional yg mungkin dianggap antik ternyata sudah sangat berkembang cara pembayarannya. Dari penuturan penjual tersebut transaksi pembelian bunga mengunakan non tunai pun akan semakin semakin tinggi, terlebih apabila memasuki waktu hari-hari besar jumlah transaksinya akan berkali lipat hari biasa. Pengunaan transaksi non tunai ini akan mempermudah proses pembayaran.




Transaksi Non Tunai, Why Not ?
Dari hasil perbincangan dengan penjual bunga tersebut memang dirasakan transaksi dengan menggunakan non tunai menjadi meningkat, ada saja pembeli yang memilih untuk membayar dengan transaksi debit atau kredit. Penjual sendiri merasa bahwa transaksi menjadi lebih nyaman dan mudah, kemudian dapat pula menanggulangi ketika ada penipuan dengan menggunakan uang palsu. Dari pengalaman beberapa pembeli pun memberikan tanggapan positif karena dengan menggunakan transaksi non tunai sekarang tidak perlu lagi membawa uang cash ke pasar.


Dari hal tadi terlihat bahwa perkembangan transaksi digital yang mengedepankan transaksi non tunai sudah merambah sampai taraf pasar tradisional yang mungkin terlihat kurang terbaru dan tertinggal dari sisi fasilitas. Hal tersebut misalnya yang saya dapati ternyata geliat pertumbuhan ekonomi digital sudah terasa hingga ke Pasar Bunga Rawa Belong, memang ini sebagai hal yg sangat positif lantaran waktu ini warga tengah menghadapi era ekonomi digital dimana uang secara fisik mulai berkembang sebagai alat pembayaran non tunai. Ekonomi digital saat ini mungkin secara tidak sadar sudah merasuk kedalam setiap kegiatan warga berdasarkan setiap lini warga , tidak hiperbola apabila menyimpulkan bahwa era digital telah didepan mata kita.

Ucapkan Selamat Datang Era Ekonomi Digital

Ekonomi digital mendorong individu buat menyebarkan pengunaan teknologi dalam pengambilan keputusan ekonomi. Uang sendiri merupakan alat pembayaran utama yang berlaku di warga , pada perkembangannya pembayaran yang awalnya memakai pembayaran tunai (cash based) mulai berkembang ke arah non tunai (non cash ). Pembayaran non tunai sendiri pula mengalami perubahan berdasarkan yang awalnya memakai kertas yg tak jarang kita kenal sebagai giro & cek, berkembang sebagai pembayaran yang paperless yang sering kita pakai. Penggunaan pembayaran paperless yang jamak kita pakai misalnya transfer dana elektro & penggunaan card based yaitu kartu debit, kartu kredit, & kartu pra bayar.

Perkembangan ekonomi digital dalam ketika ini sendiri meningkatkan penggunaan pembayaran non tunai, Bank Indonesia sendiri menjadi regulator membagi sebagai dua transaksi pembayaran non tunai yaitu :

1. APMK


Dok. @bank_indonesia
Alat pembayaran memakai kartu (APMK) merupakan instrumen pembayaran non tunai yang mencakup penggunaan pembayaran menggunakan :

a. Kartu ATM atau Debet

Pembayaran menggunakan kartu debet merupakan pembayaran yang bersumber dari simpanan pemegang kartu, yang akan berkurang ketika melakukan transaksi. Pada penggunaan kartu ini akan dikenakan biaya adminitrasi atau biaya transfer antar bank ketika melakukan pembayaran transfer antar bank. Manfaat yang bisa didapatkan antara lain mempercepat dan mempermudah transaksi, kemudian para pengguna kartu debet haruslah behati-hati dengan penyalahgunaan kartu atau kemungkinan fraud.

b. Kartu Kredit

Pembayaran menggunakan kartu kredit adalah pembayaran yang bersumber berdasarkan pinjaman, yg bisa dipakai untuk pembayaran ataupun tarik tunai. Pengguna kartu kredit akan dimanjakan dengan banyaknya manfaat yang bisa dihasilkan misalnya kecepatan dan kemudahan pada transaksi, kemudian banyaknya penawaran menurut penerbit misalnya reward point, pembayaran yg bisa dicicil, & pula bonus eksklusif. Disamping kelebihan tentunya kartu kredit mempunyai resiko pada penggunaanya antara lain potensi buat penyalahgunaan kartu, denda waktu kita telat membayar tagihan, & jua dikenakan biaya tahunan.

Dua. Uang Elektronik


Dok. Bi.Go.Id
Uang elektro yg diatur sang Bank Indonesia adalah penggunaan pembayaran yg memenuhi beberapa unsur sebagai berikut :

  • Diterbitkan atas dasar uang yang disetor terlebih dahulu.
  • Nilai uang tersebut akan disimpan dalam suatu media baik chip atau server.
  • Uang elektronik tersebut dapat digunakan untuk alat pembayaran kepada pedagang yang bukan penerbit uang tersebut
  • Nilai uang yang disetor dikelola oleh penerbit dan bukan merupakan simpanan yang diatur dalam undang-undang.

Uang elektro sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, misalnya penggolongan menurut media penyimpanan maka kita mampu golongkan sebagai berbasis chip dan berbasis server. Kemudian jika digolongkan menurut pencatatan data maka akan dibagi sebagai registered & unregistered, perbedaannya adalah dalam identitas menurut pengguna apakah tercatat pada data penerbit.


Pengunaan uang elektro memang akan memberikan akses yg cepat terhadap pengguna, tetapi yang perlu dipahami adalah uang tadi bukanlah termasuk pinjaman sebagai akibatnya nir termasuk hal yang dijamin oleh LPS dan nir memiliki bunga.

Pasar Tradisional pada Masa Depan


Dok. https://ekbis.sindonews.com


Kedepan dengan perkembangan  ekonomi digital, tentu saja penerapatan untuk pasar tradisonal tidak bisa diabaikan sehingga konsekuensi untuk penerapan basis ekonomi digital haruslah mejadi fokus pemerintah dan seluruh manajemen pasar tradisional yang ada di Indonesia. Sistem pasar haruslah dimodernisasi sehingga bisa menfasilitasi perkembangan ekonomi yang berbasis digital.


Penerapan sistem yg baik tadi akan berdampak positif dimasa depan buat penjual & juga pembeli, lantaran kunci berdasarkan digitalisasi adalah kecepatan pada merespon suatu hal, sehingga apabila diterapkan kepada prinsip ekonomi maka kemudahan, kecepatan & keamanan pada transaksi yg menjadi penekanan utama. Saya membayangkan kedepannya waktu kita memasuki pasar tradisional tidak perlu lagi menyiapkan uang cash namun kita bisa bertransaksi dengan mengunakan transaksi non cash saja, relatif mengunakan kartu kita dapat melakukan transaksi apapun.


Cerita mengenai Pasar Bunga Rawa Belong ini hanya sepenggal kisah yang menggambarkan bahwa bahwa ada geliat atau frekuwensi positif bahwa penerapan ekonomi digital telah sampai ke lini terbawah yg mungkin terlupakan atau luput dari pengamatan. Tugas pemerintah, sebagai regulator buat bisa mempermudah akses buat hal tadi, lalu pula kenaikan pangkat , pengenalan & edukasi adalah hal yang tak kalah pentingnya buat sebagai penekanan beserta pula.


Ekonomi Digital #Ecodigi