
HEADLINE KALTIM, PENAJAM - Progres pembangunan jembatan Pulau Balang yang menjadi penghubung antara Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) di wilayah Kelurahan Jenebora dengan Kota Balikpapan di kawasan Kariangau telah mencapai 82 persen.
Hal ini dikatakan Kepala Bagian Pembangunan Sekretariat Kabupaten PPU Nikco Herlambang. Namun, saat ini, pembangunan tersendat karena belum selesainya permasalahan pembebasan lahan di wilayah tetangga, Balikpapan.
“Pembebasan lahan yang berada di sisi Kota Balikpapan sepanjang 14 Km hingga kini belum tuntas dilakukan oleh Pemerintah Kota setempat ,” ujar Nicko Herlambang kepada media ini, Selasa (16/06/2020).
Jembatan ini memiliki panjang sekitar 1.750 meter itu. Perkembangannya baru sebatas jembatan bentang pendek dengan panjang 470 meter yang telah rampung dikerjakan menggunakan APBD Kaltim. Sementara, bentang panjang sekitar 804 meter yang dibangun menggunakan dana APBN 2016 – 2019 sebesar Rp1,38 triliun.
Untuk diketahui, panjang total jalan akses jembatan Pulau Balang mencapai 40 km, dengan 14 km di sisi Balikpapan dan 26 km di sisi Penajam.
Pembebasan lahan akses pendekat jembatan Pulau Balang di sisi Kota Balikpapan, lanjut Nicko, belum terselesaikan meskipun Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) telah menganggarkan Rp90 miliar pada APBD 2019 lalu.
“Anggaran dari Provinsi untuk pembebasan lahan sudah ada pada APBD Provinsi 2019 lalu,” tambah Nicko.
Pemkab PPU, jelas Nicko, kini masih terus melakukan pengerjaan pembangunan jalan akses jembatan yang berada di sisi Penajam. Bahkan, kata dia, pihaknya telah melakukan pemasangan PJU dan membangun drainase.
“Jadi sisa dana dari provinsi tahun 2019 kemarin sudah kita selesaikan untuk pembebasan lahan dan lain-lainnya di tahun 2020,” kata Nicko.
Ia pun berharap, tahun depan anggaran itu tetap ada sehingga pembangunan fisik jembatan segera dilaksanakan.
Penulis : Teguh Hartono
berita di kalimantan timur media online di kalimantan timur berita terkini di kalimantan timur berita terupdate hari ini di kalimantan timur berita terpopuler hari ini di kalimantan timur berita hari ini di kalimantan timur berita hari ini di kalimantan utara







Sejak tahun 1970, usaha Pisang Gapit Nenek Kebun Sayur dijalankan turun temurun dan sudah memiliki pelanggan tetap. Tiap hari, pelanggan silih berganti memenuhi warung.Salma, pemilik usaha, menceritakan, proses pembuatan pisang gapit di tempatnya. Pisang kepok yang sudah dikupas, dinaikan ke atas tempat panggangan bara. Ketika sudah mulai berwarna kecoklatan, pisang selanjutnya dijepit menggunakan kayu hingga tampak pipih.Kemudian, pisang tadi kembali dipanggang agar kelembutannya merata hingga ke bagian dalam. Setelah tampak setengah matang, pisang gapit selanjutnya dipotong kecil – kecil agar mudah ketika disantap.Nah, untuk resep pisang gapit, memang bahan utamanya sama saja yakni santan, gula merah, gula pasir, dan potongan nangka.Hanya saja, Salma mengaku enggan menggunakan susu. Karena tidak semua pelanggannya menyukai susu kemasan.“Alhamdulillah sampai saat ini pelanggan kami tetap menyukai cita rasa pisang gapit kami. Pelanggan kami sudah turun temurun. Meski saat Covid – 19 ada penurunan omzet, tapi saat ini sudah perlahan membaik
Dalam satu hari, Salma bisa menghabiskan 50 sisir pisang kepok untuk melayani permintaan pelanggannya. Bisa dibayangkan 'kan, bagaimana larisnya pisang gapit di kawasan Kebun Sayur ini? Nah, tunggu apalagi, buruan kalau anda sudah rindu dengan cita rasa pisang gapit....(kid)
